“Hingga saat ini, terdapat 33 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada media, dikutip Minggu (10/4/2022).
Baca Juga: Selama Sepekan Enam Perusahaan Berebut Cari Utang di Pasar Modal
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, Nyoman mencatat, mayoritas pipeline saat ini didominasi oleh perusahaan dengan aset berskala besar yakni di atas Rp250 miliar.
Selanjutnya 13 perusahaan memiliki aset skala menengah antara Rp50 miliar sampai Rp250 miliar, dan sebanyak 3 perusahaan dengan aset skala kecil atau di bawah Rp50 miliar.
Sektor consumer goods menyumbang terbanyak, terdiri dari 7 perusahaan sektor siklikal dan 6 perusahaan sektor non-siklikal. Baca Juga: Dapat Restu OJK, GoTo Berharap Kantongi Rp15,8 Triliun lewat IPO
Selanjutnya 4 perusahaan sektor properti & real estate, 4 sektor infrastruktur, 3 sektor teknologi, 3 sektor energi, 2 sektor kesehatan, 2 sektor industri, 1 sektor transportasi, dan 1 lagi sektor bahan baku / basic materials.
Nyoman menambahkan, bahwa sepanjang tahun 2022, sebanyak 14 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di bursa. PT Sigma Energy Compressindo Tbk (SICO) menjadi perusahaan ke-14 yang melantai di bursa per Jumat kemarin (8/4).
“Dengan tercatatnya SICO maka jumlah perusahaan yang mencatatkan saham di BEI telah mencapai angka 780 Perusahaan Tercatat saham dari total 891 Perusahaan Tercatat (saham, obligasi, sukuk, dan efek beragun aset),” tutur Nyoman.
Selain pencatatan saham, Nyoman merinci telah terdapat 37 emisi baru Efek Bersifat Utang dan Sukuk yang dicatatkan di BEI per 8 April 2022. Jumlah tersebut diterbitkan oleh 20 perusahaan dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp40,9 triliun.
“Sedangkan di pipeline Efek Bersifat Utang dan Sukuk juga masih terdapat 16 perusahaan yang berencana untuk menerbitkan 19 emisi Efek Bersifat Utang dan Sukuk,” pungkas Nyoman.
Lihat Juga: Bangkit Lagi, IHSG Hari Ini Dibuka Menguat di 7.115