Ukraina mengklaim 5.000 orang, termasuk 210 anak-anak, tewas di Mariupol hingga Rabu (5/4), ketika Rusia berkonsentrasi memperkuat gempurannya di kota tersebut.
“Menurut prediksi awal, sekitar 5.000 orang tewas di Mariupol, 210 di antaranya adalah anak-anak, hanya satu bulan dari blokade,” kata Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, Rabu (6/4), seperti dikutip Anadolu.
Boychenko mengatakan, pasukan Rusia menyerang satu rumah sakit anak-anak dan gedung teater yang menaungi lebih dari 900 orang. Serangan itu menewaskan 50 orang yang terbakar.
Tak hanya itu, ia mengatakan bahwa Mariupol kini terancam hancur total. Lebih dari 90 persen infrastruktur kota itu hancur, 40 persen di antaranya tak bisa diperbaiki.
Sebagaimana dilansir Associated Press, serangan Rusia juga menyebabkan Mariupol kekurangan pangan, air, bahan bakar, dan obat-obatan.
Sementara itu, pejabat pertahanan Inggris menyebut sebanyak 160 ribu orang terjebak peperangan diMariupol. Konvoi bantuan kemanusiaan dari Palang Merah juga masih belum bisa mencapai kota itu.
Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, sempat mengatakan konvoi evakuasi yang menuju ke Mariupol juga diusir oleh pasukan Rusia, Selasa (5/4).
“Meski pemimpin mereka telah berjanji, pasukan penjajah [Rusia] tidak mengizinkan siapa pun pergi ke Mariupol,” kata Vereshchuk melalui Telegram, seperti dilansir CNN.
Sejak awal invasi, Mariupol memang menjadi salah satu fokus Rusia. Posisi Mariupol dianggap vital karena berada di antara dua daerah yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia, yaitu Crimea dan Donbas.
(pwn/has)
[Gambas:Video CNN]