Home / Advetorial

Jumat, 4 April 2025 - 18:00 WIB

Desa Bah Ketol, Harmoni Alam di Aceh Tengah

Syaiful Anshori

Penampakan jembatan di Desa Bah Ketol. dok. Ist

Penampakan jembatan di Desa Bah Ketol. dok. Ist

Takengon – Di kaki pegunungan Gayo yang berselimut kabut, sekitar satu jam perjalanan dari Kota Takengon, terbentang sebuah desa kecil yang memikat hati siapa pun yang menjejakkan kaki di sana: Desa Bah Ketol. Suhu udara yang sejuk, aroma tanah basah, dan gemericik air sungai yang jernih berpadu menciptakan harmoni alam yang menenangkan jiwa.

Desa ini bukan sekadar tempat singgah, melainkan ruang untuk menemukan kembali makna kedamaian yang kerap hilang di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota.

“Kalau ke sini, rasanya seperti kembali ke alam yang benar-benar murni,” ujar Rizka, pengunjung asal Takengon yang datang bersama teman-temannya akhir pekan lalu, Jumat (4/4/2025).

Rizka mengaku sudah beberapa kali berkunjung ke Bah Ketol. Setiap kali datang, suasananya selalu membuat rindu. “Udara dingin, pemandangan hijau, dan keramahan warganya seperti obat penenang alami,” tambahnya sambil tersenyum.

Desa Bah Ketol
Pemandangan hijau menyambut para wisatawan ke Desa Bah Ketol. dok. Ist

Perjalanan menuju Bah Ketol sendiri sudah merupakan pengalaman tersendiri. Jalan berkelok yang diapit kebun kopi menghadirkan pemandangan menakjubkan. Di kanan-kiri, tanaman kopi Gayo tumbuh rapi di lereng bukit, daunnya berkilau tertimpa sinar matahari pagi. Dari kejauhan, kabut menari-nari di antara pepohonan pinus, sementara suara burung hutan memecah kesunyian.

Baca Juga :  Pesona Teluk Lhok Mamuni, Pantai Eksotik Tersembunyi di Pidie

Setibanya di desa, nuansa damai langsung terasa. Sungai kecil mengalir di tepian perkampungan, menjadi sumber kehidupan warga sekaligus tempat anak-anak bermain riang. Warga menyapa dengan ramah, sebagian sibuk menjemur biji kopi di halaman rumah, sebagian lain menyiangi tanaman di ladang.

“Yang paling saya suka, warga di sini sangat ramah. Mereka tidak hanya menyambut, tapi juga sering mengajak kami duduk sambil menikmati kopi Gayo hasil panen sendiri,” tutur Rizka.

Cangkir kopi hangat yang disuguhkan dengan senyum tulus warga, menurutnya, memiliki rasa berbeda — bukan hanya karena bijinya berkualitas, tapi juga karena diseduh dengan ketulusan.

Bah Ketol tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga memperkaya pengalaman budaya. Di sini, pengunjung bisa menyaksikan langsung bagaimana biji kopi Gayo diolah secara tradisional — mulai dari penjemuran, penyangraian, hingga penyeduhan.

Selain kopi, masyarakat Bah Ketol masih menjaga berbagai tradisi kuliner khas Gayo. Depik goreng, ikan endemik Danau Lut Tawar, menjadi hidangan istimewa yang kerap disajikan bagi tamu. Ada juga lepat, kudapan dari beras ketan yang dibungkus daun pisang, menjadi teman sempurna untuk secangkir kopi hangat di pagi hari.

Baca Juga :  Kadisbudpar Bersama Pj Walikota Sabang Bahas Perjalanan Wisata Aceh

Wisatawan juga dapat ikut dalam kegiatan sehari-hari masyarakat, seperti gotong royong membersihkan sungai, atau membantu di ladang kopi. Semua kegiatan dilakukan dengan semangat kebersamaan yang sudah mendarah daging di masyarakat Gayo.

“Tidak ada wahana buatan atau tempat mewah. Tapi justru itu yang membuatnya berkesan. Alam dan masyarakatnya sudah cukup membuat hati tenang,” ucap Rizka.

Kesadaran menjaga alam menjadi bagian penting dalam kehidupan warga Bah Ketol. Kini, pemerintah desa bersama kelompok pemuda setempat mulai mengembangkan konsep ekowisata berbasis masyarakat. Tujuannya bukan semata menarik wisatawan, tetapi juga memastikan kelestarian alam dan budaya tetap terjaga.

Kepala Desa Bah Ketol, (nama jika diketahui), menjelaskan bahwa masyarakat setempat bersepakat untuk tidak membuka lahan baru secara sembarangan dan tetap menjaga kebersihan sungai sebagai sumber air utama. “Kami ingin Bah Ketol berkembang tanpa kehilangan jati diri. Alam adalah warisan untuk anak cucu kami,” ujarnya.

Baca Juga :  Gen Z Penuhi Perpustakaan Aceh, Ribuan Pengunjung Datang Setiap Hari

Langkah-langkah kecil seperti menyediakan tempat sampah di area wisata, membuat jalur trekking alami tanpa merusak vegetasi, hingga edukasi bagi wisatawan tentang adat setempat, menjadi bagian dari komitmen menjaga harmoni tersebut.

Bagi mereka yang datang, Bah Ketol bukan hanya destinasi wisata, melainkan cermin kehidupan sederhana yang penuh makna. Di sini, waktu berjalan lebih pelan, udara lebih jujur, dan senyum warga terasa lebih tulus.

“Kalau kita datang dengan niat baik dan menghargai alam, Bah Ketol akan terus menjadi tempat yang penuh harmoni,” pesan Rizka menutup percakapan.

Bah Ketol mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu harus dicari di tempat jauh atau megah. Kadang, ia justru hadir dalam kesunyian lembut desa yang hidup berdampingan dengan alam — di mana setiap embusan angin dan tetes embun pagi mengingatkan kita bahwa keseimbangan adalah bentuk paling murni dari keindahan. [Adv]

Editor: Amir SagitaReporter: Syaiful Anshori

Share :

Baca Juga

Advetorial

12 Destinasi di Aceh Masuk Nominasi API 2022, Berikut Cara Memberikan Dukungannya

Advetorial

Aceh Titik Terpenting Jalur Rempah Nusantara

Advetorial

Pantai Kuthang Primadona Wisata di Pidie Jaya

Advetorial

Terus Berlanjut, Capaian Vaksinasi Covid-19 Pemerintah Aceh Kini Mencapai 94.210

Advetorial

Sandiaga Uno: Aceh Ramadhan Festival Jadi Momentum Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Aceh

Advetorial

Sekda Kembali Ingatkan Pentingnya Prokes dan Vaksinasi

Advetorial

DPKA Aceh Revitalisasi Perpustakaan Lapas Langsa dalam Rangka Safari Ramadhan

Advetorial

Pantai Mantak Tari Jadi Lokasi Wisata Favorit Warga Pidie