Takengon — Di tengah bentangan hijau Aceh Tengah, berdiri gagah Bur Gayo, sebuah gunung yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat dan primadona bagi para pencinta petualangan. Mendaki Bur Gayo bukan sekadar menaklukkan ketinggian, tetapi juga perjalanan menyelami kedalaman alam, budaya, dan spiritualitas Tanah Gayo yang masih lekat di setiap langkah.
Di pagi yang masih berselimut kabut, aroma tanah basah dan embun yang menetes dari dedaunan menyambut para pendaki di kaki gunung. Jalur menuju puncak dimulai dari desa kecil di pinggiran Takengon, tempat di mana keramahan masyarakat Gayo terasa begitu tulus. Pendaki akan melewati hamparan kebun kopi arabika, hasil utama bumi Gayo yang tersohor hingga mancanegara. Dari kejauhan, tampak para petani memetik buah kopi merah ranum sambil menyapa dengan senyum hangat.
Salah seorang pendaki, Arif (29), Kamis (16/5/2025), menceritakan pengalamannya menaklukkan Bur Gayo dengan semangat yang tak bisa disembunyikan.
“Perjalanan ini benar-benar menantang tapi juga menenangkan. Dari kaki gunung, kami disambut oleh hutan pinus yang rimbun, udara segar, dan kicauan burung yang membuat langkah terasa ringan,” ujarnya sambil tersenyum mengenang.

Menurut Arif, perjalanan menuju puncak bukan hanya tentang stamina fisik, melainkan juga perjalanan batin. Ia kerap berhenti sejenak di tepian sungai kecil yang mengalir jernih untuk merasakan kesunyian yang damai. Di sela perjalanan, para pendaki kadang berjumpa warga lokal yang tengah beraktivitas. “Mereka bercerita bahwa Bur Gayo dianggap sebagai penjaga alam Tanah Gayo. Setiap pohon dan mata air di sini punya makna dan dijaga dengan doa,” tambahnya.
Semakin tinggi pendakian, suasana berubah. Kabut mulai turun pelan-pelan, menutupi pepohonan dan menghadirkan kesan magis. Dari beberapa titik, Danau Lut Tawar tampak di kejauhan — biru keperakan, berkilau seperti cermin raksasa di tengah pegunungan. Di sinilah banyak pendaki berhenti sejenak untuk berfoto atau sekadar berdiam diri, menikmati kedamaian yang tak mudah ditemukan di tempat lain.
Saat tiba di puncak, segala lelah terbayar lunas. Hamparan hutan, lembah, dan danau berpadu menjadi panorama menakjubkan sejauh mata memandang. Udara terasa begitu murni, seolah menjadi hadiah bagi siapa pun yang berhasil menapakinya.
“Begitu sampai di atas, rasanya seperti disambut oleh langit. Semua penat langsung hilang,” ungkap Arif lirih. “Saya merasa lebih dekat dengan alam dan dengan diri sendiri.”
Kini, Bur Gayo menjadi ikon wisata petualangan Aceh Tengah yang kian diminati wisatawan lokal maupun mancanegara. Banyak operator wisata menawarkan paket trekking sambil mengenalkan kehidupan masyarakat Gayo — dari cara mereka memetik kopi hingga tradisi menjaga hutan. Pemerintah daerah pun mendukung pengembangan kawasan ini sebagai destinasi ekowisata berbasis budaya, yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam.
“Kalau ingin benar-benar merasakan Aceh Tengah dari sisi yang alami dan spiritual, trekking ke Bur Gayo adalah jawabannya,” tutup Arif penuh semangat. [Adv]
Editor: Amir SagitaReporter: Syaiful Anshori