Bali – Presiden RI Joko Widodo membuka dan memimpin kedua pertemuan tingkat tinggi tersebut sekaligus. Dalam pembukaannya, Presiden mengajak negara-negara Afrika untuk semakin solid dan mampu menjadi penggerak perubahan di tengah dunia yang penuh tantangan.
Presiden Juga menyoroti kondisi perekonomian global yang tidak menentu akibat ketegangan geopolitik. Ia juga menyayangkan menurunnya solidaritas internasional dalam menghadapi tantangan global, semangat multilateralisme yang semakin menipis, serta menguatnya polaritas dan fragmentasi.
Presiden menegaskan negara-negara berkembanglah yang paling terdampak dari situasi ini. Ini tercermin dari pencapaian SDGs global yang baru mencapai 17% dari target.
“Dengan hanya enam tahun menuju 2030, dampak kegagalan ini dirasakan utamanya oleh jutaan orang di negara-negara berkembang. Karena itu, diperlukan arah dan visi baru untuk pembangunan yang lebih adil dan inklusif bagi negara-negara berkembang,” tegas Presiden.
Presiden menyampaikan empat hal utama yang disampaikan Oleh Presiden Joko widodo, yaitu:
Pertama, pencapaian target SDG harus tetap menjadi fokus utama agenda pembangunan global. Ia menambahkan bahwa agenda pencapaian SDGs perlu diselaraskan dengan prioritas pembangunan nasional dan regional, termasuk Agenda 2063 Afrika, serta didukung oleh Kemitraan Multi-Pihak.
Kedua, Indonesia berkomitmen menjadi bagian dari solusi global. Indonesia selalu berada di barisan terdepan dalam membela kepentingan Global South sekaligus menjadi bridge builder, memperjuangkan kesetaraan, keadilan, dan solidaritas, termasuk dalam percepatan pencapaian SDGs. “Komitmen ini konsisten dengan Semangat Bandung yang diusung Indonesia pada Konferensi Asia Afrika, 69 tahun yang lalu di Bandung,” jelas Presiden.
Ketiga, Indonesia siap bermitra dengan semua negara dalam menunaikan komitmen tersebut, terutama dengan kawasan Afrika, utamanya dengan menghubungkan Semangat Bandung dengan Agenda Afrika 2063. “Hasil kemitraan Indonesia-Afrika sangat nyata, dengan volume perdagangan meningkat pesat dan berbagai perjanjian perdagangan disepakati.
Dalam kaitan ini, Presiden menyampaikan hasil kesepakatan bisnis (deliverables) dari pertemuan Indonesia-Africa Forum (IAF) tahun ini tercatat sebesar USD3,5 miliar dolar, lebih dari enam kali lipat dari IAF pertama tahun 2018 yang senilai 586,6 juta dolar.
Keempat, Presiden menyampaikan kembali perlunya menghidupkan kembali kerja sama Selatan-Selatan, juga kerja sama Utara-Selatan, agar dapat saling melengkapi dalam mengatasi tantangan global dengan lebih baik.
Sebagai penutup, Presiden menyampaikan rencana menyelenggarakan Platinum Jubilee of the Asian African Conference tahun depan untuk memperingati 70 tahun KTT Asia Afrika.
Editor: Amiruddin. MK