Simeulue – Pulau Simeulue di ujung barat Indonesia, yang terletak di Provinsi Aceh dikenal dengan pesona alam dan budaya lokalnya yang kuat, kini tengah bergulat dengan krisis serius, keterbatasan lapangan pekerjaan yang kian memperparah gelombang migrasi warganya ke luar daerah, Rabu (7/5/2025).
Di desa-desa pesisir hingga ke pedalaman, suara keluh kesah makin nyaring terdengar. Minimnya peluang kerja, terbatasnya investasi, dan lambannya pengembangan sektor industri lokal membuat masyarakat, terutama generasi muda, terpaksa mengadu nasib ke tanah rantau.

“Saya ingin bertahan di kampung, dekat keluarga. Tapi apa daya, kerja tak ada, penghasilan tidak cukup untuk makan dan sekolah anak-anak. Akhirnya, saya harus merantau,” ujar seorang kepala keluarga di Simeulue dengan mata berkaca-kaca.
Banyak sudut desa, rumah-rumah kosong kini menjadi pemandangan yang lumrah. para orang tua, menggantungkan harapan pada anak-anak mereka yang kini di perantauan. Mereka menanti keajaiban, dan berharap kembalinya anak-anak mereka bukan sekadar membawa kabar baik, tetapi juga perubahan.
Di tengah situasi yang suram itu, secercah harapan muncul seiring pelantikan Bupati baru, Mohammad Nasrun Mikaris yang akrab disapa Monas. Masyarakat menaruh harapan besar di pundaknya agar Simeulue tidak terus-terusan menjadi tanah yang ditinggalkan, melainkan tanah yang membangun.
Mereka mendambakan kepemimpinan yang bukan hanya pandai mendengar, tetapi juga sigap bertindak. Mendorong pembangunan sektor ekonomi berbasis lokal, menghidupkan kembali pertanian dan perikanan, memperkuat industri kreatif, serta menyediakan pelatihan kerja yang relevan dengan tuntutan zaman adalah harapan nyata yang kini menggantung di langit Simeulue.
Pembangunan infrastruktur ekonomi dan pembukaan pusat-pusat industri kecil menengah diharapkan dapat menahan laju migrasi, sekaligus menciptakan peluang kerja yang lebih merata. Masyarakat yakin, dengan komitmen kuat dan strategi yang tepat, Simeulue bisa bangkit.
Pulau ini telah lama teruji menghadapi gelombang laut dan badai alam. Kini, badai ekonomi memaksa Simeulue untuk kembali bertahan. Dengan kerja keras, doa, dan kepemimpinan yang visioner, warga percaya Simeulue bisa bangkit dan anak-anaknya tak perlu lagi menjadi tamu di tanah orang lain.
Masyarakat kini menggantungkan doa mereka pada Monas, dengan harapan dapat membawa pulau Simeulue terbang lebih tinggi, agar tanah kelahiran ini menjadi tempat masa depan, bukan sekadar kenangan.
Editor: Amiruddin MK