Home / Advetorial

Sabtu, 19 Juli 2025 - 18:00 WIB

Tradisi dan Alam di Kampung Wisata Putri Betung

Syaiful Anshori

Wisatawan bermain air di kolam yang berada di Kampung Wisata Putri Betung. dok. Ist

Wisatawan bermain air di kolam yang berada di Kampung Wisata Putri Betung. dok. Ist

Blangkejeren — Kabut pagi masih bergelayut di kaki pegunungan Gayo Lues ketika sinar mentari mulai menembus dedaunan. Di tengah hamparan alam hijau yang memesona itu, berdiri Kampung Wisata Putri Betung, sebuah destinasi yang memadukan keelokan alam tropis dan kekayaan tradisi masyarakat Gayo yang lestari hingga kini.
Kampung ini ibarat permata tersembunyi di jantung Gayo Lues. Udara sejuk, sungai yang berkelok dengan air sejernih kristal, serta kicauan burung dari balik pepohonan menjadikan suasananya begitu damai. Bagi siapa pun yang datang, Putri Betung menawarkan ketenangan sekaligus pengalaman menyelami kehidupan masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam.

“Saya terpesona melihat perpaduan antara alam yang masih asri dan tradisi masyarakat yang tetap terjaga,” ujar Rinto, seorang wisatawan asal Banda Aceh, Sabtu (19/7/2025).

“Di sini, kita bukan hanya menikmati pemandangan, tapi juga belajar tentang cara hidup masyarakat yang selaras dengan alam,” sebutnya.

Kampung Wisata Putri Betung
Tempat pemandian di Kampung Wisata Putri Betung. dok. Ist

Kampung Wisata Putri Betung dikelilingi oleh hutan tropis lebat yang menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) — rumah bagi beragam flora dan fauna khas Sumatra, seperti owa, siamang, dan burung rangkong. Dari kampung ini, pengunjung dapat berjalan menyusuri jalan setapak yang membawa mereka ke air terjun tersembunyi di balik tebing hijau, mendengar gemericik air yang berpadu dengan suara alam yang menenangkan.

Baca Juga :  Matangkan persiapan Tour de Aceh 2022 Etape 1, Disbudpar Aceh Jalin Sinergitas dengan Pemda Aceh Tengah dan Polres Aceh Tengah

Di sepanjang perjalanan, aroma tanah basah dan kopi yang disangrai dari rumah-rumah warga membuat suasana semakin akrab. Banyak wisatawan menghabiskan waktu berkemah di tepi sungai atau sekadar duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati secangkir kopi Gayo yang terkenal ke seluruh dunia.

“Udara di sini begitu bersih. Rasanya setiap tarikan napas membuat badan dan pikiran segar kembali,” tutur Rinto sambil menatap aliran sungai yang berkilau diterpa cahaya matahari pagi.

Selain pesona alamnya, kekuatan utama Kampung Wisata Putri Betung justru terletak pada budaya masyarakatnya. Di tengah modernisasi, warga kampung ini tetap teguh memegang adat istiadat dan nilai gotong royong.

Setiap pekan, warga berkumpul untuk membersihkan jalan kampung, memperbaiki saluran air, atau membantu tetangga yang sedang membangun rumah. Aktivitas sederhana itu menjadi wujud nyata semangat kebersamaan yang sudah turun-temurun.

Selain itu, kampung ini juga kerap menampilkan tari Saman, tarian tradisional Gayo yang telah mendunia dan diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Gerakannya yang serempak dan dinamis menggambarkan kekompakan dan disiplin masyarakat Gayo.

Baca Juga :  Hari Terakhir Yuk Vote Destinasi Aceh di API Awards 2022, Begini Caranya!

Tak kalah menarik, para perempuan di kampung ini masih melestarikan kerajinan tangan khas Gayo, seperti tenun dan anyaman bambu. Hasil karya mereka, yang bermotif filosofi alam dan adat, kini menjadi oleh-oleh favorit wisatawan.

“Yang paling saya sukai adalah keramahan penduduknya,” kata Rinto. “Mereka menyambut pengunjung dengan hangat dan penuh cerita tentang kehidupan mereka yang sederhana namun bahagia.”

Setiap perjalanan ke Gayo Lues belum lengkap tanpa mencicipi hidangan khasnya. Di Putri Betung, pengunjung akan mudah menemukan depik goreng, ikan kecil dari Danau Lut Tawar yang gurih dan renyah, atau lepat Gayo yang manis lembut dibungkus daun pisang.

Dan tentu saja, tak ada yang lebih menggoda dari kopi Gayo asli, diseduh langsung oleh tangan-tangan warga yang telah mewarisi keahlian meracik kopi selama berpuluh tahun. Sambil menyeruput kopi, cerita tentang asal-usul nama “Putri Betung” kerap terdengar dari para tetua — kisah tentang seorang putri cantik yang dipercaya menjaga kesuburan bumi di wilayah itu.

Kini, pemerintah desa bersama kelompok pemuda dan komunitas lokal berupaya mengembangkan konsep ekowisata berbasis masyarakat di Putri Betung. Mereka ingin menjadikan kampung ini sebagai contoh bahwa wisata bisa tumbuh tanpa merusak alam dan budaya.

Baca Juga :  DPRA Panggil Bappeda dan Dinas Keuangan Bahas Lambatnya Realisasi APBA 2025

Beberapa penginapan sederhana bergaya rumah adat mulai dibangun oleh warga, sementara pelatihan pemandu wisata lokal dilakukan agar wisatawan mendapat pengalaman yang autentik. Seluruh kegiatan diarahkan untuk memastikan keberlanjutan alam dan kesejahteraan masyarakat berjalan seiring.

“Kami ingin wisatawan datang bukan hanya untuk berfoto, tapi untuk memahami bagaimana hidup selaras dengan alam dan menghormati adat,” ujar salah satu tokoh muda kampung, (nama bila diketahui).

Menjelang senja, kabut kembali turun dari puncak gunung. Dari kejauhan terdengar lantunan azan yang berpadu dengan suara serangga hutan — sebuah harmoni yang menyatukan unsur spiritual dan alamiah.

Kampung Wisata Putri Betung bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah cerminan kehidupan masyarakat Gayo yang menjaga keseimbangan antara adat, alam, dan iman. Di sini, keindahan tidak hanya terlihat, tetapi juga dirasakan — dalam setiap sapaan ramah, dalam setiap langkah di tanah lembab, dan dalam setiap cangkir kopi yang diseduh dengan hati.

Karena di Putri Betung, wisata bukan hanya tentang perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan batin untuk menemukan makna hidup yang sederhana namun mendalam. [Adv]

Editor: Amir SagitaReporter: Syaiful Anshori

Share :

Baca Juga

Advetorial

Ciptaan Tuhan Yang Indah di Balik Gunung Kulu Aceh Itu Bernama Pantai Poro Cut

Advetorial

Vaksinasi Massal Pemerintah Aceh Tembus Angka 95 Ribu

Advetorial

Resmi Dibuka, Pekan Tari Gunongan Jadi Ajang Kreativitas Pelaku Seni dan Napak Tilas Sejarah
Bur Gayo

Advetorial

Menapaki Jejak Alam di Bur Gayo, Trekking Petualangan di Puncak Kebanggaan Tanah Gayo

Advetorial

Ramadhan Berilmu: DPKA Aceh Ajak Masyarakat Isi Waktu Puasa dengan Berkunjung ke Mall Baca

Advetorial

Meningkatkan Kesadaran Arsip Masyarakat Aceh: DPKA Sosialisasikan Aplikasi Telusur Arsip

Aceh Barat

Pemkab Aceh Barat Memperingati Hari Otda ke-28 dengan Tema Ekonomi Hijau dan Lingkungan Sehat

Advetorial

Disperindag Aceh Raih Juara Dua Stand Terbaik Pada Pameran Bandung Tourism, Craft and Investment Expo 2022