Penulis : Kas Pani
Saya pikir, kalau satu atau dua tahun lagi pensiun, tidak perlu ambisi kali untuk merebut atau mempertahankan jabatan.
Banyak banget resikonya, selain fisik sudah encok-an, lutut sudah bunyi ” kretek, kretek ” setiap berdiri, jantung berdebar kencang seperti drum band. Belum lagi daya pikir semakin lemot, tapi masih juga dengan semangat membara ingin jabatan.
Kalau begini, sungguh inspiratif kali pak tua ini.
Betapa malunya, ada pimpinan dinas di usia tua diolok-olok juniornya. Ada pula yang terbirit-birit, ngacir ketakutan ketika hendak dijumpai anggota sebuah organisasi profesi.
Kita respek banget, melihat seorang pimpinan dinas di usia tuanya minum teh hangat sambil menikmati angin sore bersama cucu dari pada wara wiri memperkaya diri dan mempertahankan kursi jabatannya.
” sudah bagaimana, Pak ? ” ketus seseorang di medsosnya.
Apalagi bila ada kasus, bisa-bisa menderita insomnia akut.
” Bagaimana, ya. Bagaimana, ya ? ” seperti orang ngigau.
Makanya, betul lirik lagu, ” Pak Tua, sudahlah ! “
Artinya, kepada Pak Tua diminta untuk istirahat. Tak perlu terlalu ngotot dengan jabatan.
Padahal, di luar sana banyak anak muda yang ” baterainya ” masih penuh, otaknya belum korup, dan integritasnya belum sempat terkikis oleh lamanya duduk di kursi empuk.
Tapi, ah, untuk apa memberi kesempatan kepada yang muda-muda, lebih baik jabatan dipertahankan sampai akhir hayat, biar nanti pensiunnya sekalian bawa kursi ke alam baka.
Sekedar nasihat, mending pensiun duluan dari pada dipensiunkan oleh umur.