Jakarta – Amerika Serikat mengirimkan pesawat militer terbesar di dunia, C-5M Super Galaxy ke lokasi yang berdekatan dengan perbatasan Iran. Langkah ini semakin meningkatkan ketegangan antara AS, Iran, dan sekutunya, di tengah konflik Iran-Israel yang tengah berlangsung.
Menurut data pelacakan dari Flightradar24, pesawat raksasa tersebut berangkat dari Pangkalan Udara Aviano, Italia, dan tercatat mendekati ibu kota Arab Saudi, Riyadh, pada Kamis malam waktu setempat.
Hingga kini, Departemen Pertahanan AS belum memberikan keterangan resmi terkait misi penerbangan tersebut.
Mengutip Newsweek, keputusan mengirimkan C-5M Super Galaxy ke wilayah dekat Iran tak lepas dari situasi geopolitik yang terus memanas.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, disebut akan mengambil keputusan dalam dua minggu ke depan jika akan terlibat dalam konflik Israel vs Iran atau tidak.
Langkah ini juga sejalan dengan peningkatan kehadiran militer AS di Timur Tengah dalam beberapa waktu terakhir. Selain pesawat angkut berat C-5M, AS juga mengerahkan lebih banyak jet tempur F-16, F-22, dan F-35 ke kawasan tersebut.
Pesawat angkut terbesar
C-5M Super Galaxy merupakan pesawat angkut militer raksasa yang telah dioperasikan sejak 1970. Dengan daya angkut hingga 127.460 kg, pesawat ini mampu membawa berbagai peralatan militer berat seperti tank, helikopter, hingga kendaraan lapis baja.
Pesawat ini mampu terbang sejauh 2.150 mil laut tanpa pengisian bahan bakar. Angkatan Udara AS saat ini mengoperasikan 52 unit C-5 yang tersebar di beberapa pangkalan utama di AS, termasuk Dover, Travis, Lackland, dan Westover.
Di sisi lain, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memperingatkan bahwa jika AS terlibat dalam perang, maka “mereka akan menanggung kerusakan parah.”
Ia menegaskan bahwa, “Perang dibalas dengan perang, bom dibalas dengan bom, dan serangan dibalas dengan serangan.”
Upaya diplomatik
Meski ketegangan terus meningkat, sejumlah negara Eropa mendorong jalur diplomasi. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa Prancis, Jerman, dan Inggris siap mengajukan proposal negosiasi dengan Iran, khususnya terkait program nuklir.
Meski demikian, Prancis memberi syarat Iran tak boleh menggelar program pengayaan uranium sama sekali.
“Kembali ke meja perundingan adalah hal yang mutlak. Ini mencakup penghapusan pengayaan uranium, pembatasan rudal balistik, serta penghentian pendanaan kelompok-kelompok teroris yang memperburuk stabilitas kawasan,” ujar Macron.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, juga menegaskan bahwa Inggris tetap berkomitmen agar Iran tidak memiliki senjata nuklir.
Editor: Amiruddin. MK