Home / Politik

Minggu, 31 Agustus 2025 - 18:35 WIB

Disinggung Soal MoU Helsinki, Fachrul Razi: Apa Masih Ada?

Redaksi

Politisi nasional asal Aceh, Fachrul Razi. Foto: Ist

Politisi nasional asal Aceh, Fachrul Razi. Foto: Ist

Jakarta – Politisi nasional asal Aceh, Fachrul Razi, menumpahkan kekecewaannya terhadap pelaksanaan perjanjian damai Aceh yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) Helsinki. Meski sudah dua dekade sejak ditandatangani pada 15 Agustus 2005, ia menilai perdamaian Aceh belum juga mencapai titik tuntas sebagaimana diharapkan.

Saat ditanya soal keberlanjutan MoU Helsinki, Fachrul Razi balik bertanya dengan nada retoris, “Apa masih ada MoU Helsinki?” Baginya, dokumen yang seharusnya menjadi fondasi perdamaian kini seperti tidak diakui dalam regulasi maupun undang-undang. “Sebagai dasar hukum saja tak disebut, apalagi dipraktekkan,” tegasnya ketika ditemui di Jakarta, Ahad (31/8/2025).

Baca Juga :  Ir. Iskandar Terpilih sebagai Ketua Himas Banda Aceh

Fachrul menjelaskan, dalam teori transformasi konflik dan peace building, perdamaian memiliki tahapan jelas. Lima tahun pertama semestinya digunakan sebagai transisi pemerintahan, sepuluh tahun berikutnya untuk transisi masyarakat, dan lima belas tahun masuk ke fase re-incertion atau pemulihan penuh mantan kombatan. Memasuki tahun ke-20, seharusnya Aceh sudah berada pada fase lasting peace atau perdamaian abadi.

“Seharusnya sudah selesai, tapi faktanya belum selesai,” ujarnya.

Menurut Fachrul, dari seluruh poin dalam Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) yang lahir dari MoU Helsinki, hanya sebagian kecil yang dijalankan dengan baik. “Ada 16 poin bertentangan dengan MoU, 11 poin tidak dijalankan sama sekali, dan hanya 17 poin yang terlaksana,” jelasnya.

Baca Juga :  Utusan Prabowo Bahas Otsus dan Keamanan Pilkada dengan Wali Nanggroe

Politisi nasional yang duduk di DPD RI dua periode, 2014–2019 dan 2019–2024 ini menilai, ketidakseriusan pemerintah dalam menuntaskan MoU berpotensi menimbulkan kekecewaan mendalam di tengah rakyat Aceh. Ia mengingatkan bahwa perdamaian tidak boleh sekadar diperingati setiap tahun, melainkan harus diwujudkan melalui keadilan dan pemenuhan semua butir kesepakatan.

Baca Juga :  Calon Gubernur Aceh Muhammad Nazar Undang Pemimpin Redaksi Media di Aceh

“Kalau dasar hukumnya saja tidak disebut, bagaimana mungkin rakyat percaya? Perdamaian Aceh harus dijaga dengan keadilan, bukan sekadar seremoni. Jangan biarkan MoU Helsinki hanya tinggal nama,” pungkasnya.

MoU Helsinki ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di Finlandia antara Pemerintah RI dan GAM. Kesepakatan itu berhasil menghentikan konflik bersenjata selama lebih dari 30 tahun. Namun, dua puluh tahun berlalu, Fachrul Razi menegaskan rakyat Aceh masih menunggu bukti nyata bahwa janji perdamaian benar-benar ditepati.

Editor: Redaksi

Share :

Baca Juga

Nasional

Menko Hadi Ajak Elemen Masyarakat Jaga Stabilitas Polhukam Jelang Pilkada Serentak

Politik

Personil Polisi Lhokseumawe Diingatkan Netral dalam Pilkada

Politik

Emak – Emak Warakawuri Dukung Muhammad Balia Maju di Pilkada Banda Aceh

Politik

Batas Usia Calon Kepala Daerah Akan Dicabut: Kaesang Pangarep Berpeluang Nyagub

News

Kemenangan AZAN Tak Terbantahkan, Sulaiman Manaf: Tak Ada PSU, Masyarakat Harus Tenang

Daerah

Mengapa Pj. Bupati Tidak Menghadiri Rapat Paripurna Penyampaian Visi-Misi Calon Bupati Aceh Singkil?

Politik

Hasanuddin Ishak Untuk Banda Aceh Figur yang Sudah Teruji

Parlementaria

Heboh Razia Plat BL, DPRA Angkat Bicara