Yogyakarta – Sustainability atau keberlanjutan merupakan salah satu aspek utama yang harus diperhatikan pelaku industri fesyen dan kreatif untuk bisa tembus pasar global. Isu ini juga yang diangkat dalam program “Emerging Designers Bootcamp” bertema “Fashion Diplomacy; Bringing Sustainability into Fashion” yang dilaksanakan di Yogyakarta pada 11- 25 Agustus 2024.
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Siti Nugraha Mauludiah pada awak media menyampaikan apresiasi kepada para desainer Australia atas karya mereka berbahan Batik dengan mengedepankan inovasi berkelanjutan menjaga lingkungan dan semangat kolaborasi dengan para perancang dan pelaku industri kreatif Yogyakarta.
“Saya berharap program ini bukan yang pertama dan terakhir. Saya juga berharap para designer akan melakukan berbagai terobosan baru, berkolaborasi dengan sahabat Indonesianya, termasuk dalam upaya membawa Batik ke pasar Australia serta memperkuat hubungan antar manusia kedua negara melalui interaksi langsung antara para perancang muda dari kedua negara.” Demikian tutur Dirjen Siti.
Sejalan dengan Dirjen IDP, Wakil Dubes Australia untuk Indonesia Madeline Moss menyampaikan bahwa hubungan antarmanusialah yang selama ini selalu menjadi inti hubungan kedua negara. Kolaborasi fesyen saat ini antara perancang busana Australia dan Indonesia merupakan contoh dari ikatan ini.
“Kami sangat senang diundang oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk bergabung dalam inisiatif diplomasi fesyen ini“ tutur Madeline Moss.
Program Emerging Designers Bootcamp (EDB) ini merupakan inisiasi dari Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Australia di Jakarta dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY) yang ditujukan untuk mempromosikan kerja sama fashion diplomacy sekaligus memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia dan mengisi kerja sama Provinsi Kembar antara DIY dan Negara Bagian Victoria, Australia.
EDB adalah program inovatif diplomasi fesyen yang bertujuan untuk mendorong pertukaran budaya dan kolaborasi antara desainer muda Australia dengan komunitas fesyen Indonesia dengan mengundang tiga perancang busana muda Australia; Josh Deane, Nikki Edgar dan Zao Chanwen, untuk melakukan program residensi selama 2 minggu di Yogyakarta dan terlibat langsung dengan warisan budaya, tradisi artistik, dan dunia desain kontemporer Yogyakarta.
Dalam program EDB, tiga perancang Australia diajak mengikuti berbagai workshop pengembangan keterampilan, kunjungan, dan proyek kolaboratif bersama para pengrajin dan perancang lokal. Pada puncak program, karya-karya mereka ditampilkan dalam Jogja Fashion Week dan Fashion on the Street Prawirotaman pada 22 – 24 Agustus 2024.
Semangat keberlanjutan, para perancang diminta membuat karya bercita rasa Australia menggunakan Batik pewarna alam dan Batik yang menggunakan lilin berbahan minyak kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan dibandingkan parafin. Selain menghasilkan warna yang lebih baik, penggunaan lilin dari minyak kelapa sawit ini diproduksi dari minyak nabati dan sesuai dengan standar keberlanjutan minyak sawit.
Sebagai bagian dari rangkaian EDB diselenggarakan pula Business Talk bertajuk “Unlocking Opportunities in the Australian Fashion Industry”, menghadirkan Pembicara Kunci yaitu Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Ani Nigeriawati, serta panelis diskusi yaitu Direktur Eksekutif Pertekstilan Indonesia Danang Girindrawardana, Dekan Jurusan Fesyen dan Tekstil RMIT Melbourne Dr. Tassia Joannides dan salah satu peserta EDB Josh Deane.
Direktur Diplomasi Publik, Ani Nigeriawati, menyampaikan harapan program EDB dapat berlanjut tahun depan dengan pelaksanaan program di Melbourne.
“Program EDB ditargetkan untuk diadakan lagi tahun depan dan kami telah mengusulkan kepada Kedubes Australia di Jakarta agar program dapat dilakukan di Melbourne, membawa para desainer Batik dari Yogyakarta untuk program residensi dan kesempatan menampilkan desain mereka di Melbourne Fashion Week 2025 di bulan Oktober.” Demikian tutur Direktur Ani.
Sementara itu Dr. Joannides menggarisbawahi bahwa pasar fesyen Australia sangat terbuka untuk produk Indonesia asal memperhatikan aspek keberlanjutan, sirkularitas, serta pentingnya makna atau cerita (stories) dibalik produk fashion tersebut.
Editor: Amiruddin. MK