Simeulue – Musim tender proyek pembangunan kembali dimulai di Kabupaten Simeulue. Laman resmi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Simeulue menunjukkan aktivitas pengadaan, dari pengumuman proyek, evaluasi penawaran, hingga penetapan pemenang lelang.
Beberapa proyek bahkan telah merampungkan proses lelang dan menetapkan kontraktor pelaksana. Namun, mayoritas lainnya masih bergulir dalam tahap evaluasi penawaran.
Atmosfer kompetitif terasa kental, terutama di kalangan pelaku usaha jasa konstruksi yang membidik proyek-proyek dengan nilai kontrak mencapai miliaran rupiah.
Di balik semangat pembangunan itu, bayang-bayang masa lalu belum sepenuhnya sirna. Catatan hitam proyek mangkrak dalam beberapa tahun terakhir masih menyisakan skeptisisme di tengah publik.
Mulai dari dugaan pemutusan kontrak secara sepihak, pekerjaan terbengkalai tanpa kejelasan, hingga proyek yang gagal rampung akibat kendala teknis dan keterbatasan anggaran, menjadi luka lama yang belum sembuh.
Kondisi itu menimbulkan pertanyaan mendasar, ke mana arah pengelolaan pembangunan di Simeulue? Apakah tahun ini akan menjadi babak baru, atau justru mengulang kegagalan lama dengan wajah yang berbeda?
Masyarakat mendesak agar proses pengadaan dilakukan secara transparan dan akuntabel, bukan sekadar formalitas penunjukan kontraktor.
Seleksi ketat terhadap kapasitas dan rekam jejak pelaksana menjadi tuntutan utama agar proyek benar-benar tuntas sesuai jadwal dan mutu yang dijanjikan.
“Simeulue tidak butuh proyek mewah, tapi proyek yang selesai tepat waktu dan bisa dirasakan manfaatnya,” ujar salah satu tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Kini, harapan publik menggantung pada komitmen pemerintah daerah dalam menata ulang tata kelola proyek pembangunan.
Simeulue berada di titik krusial, melanjutkan pola lama yang sarat masalah atau mengambil langkah berani menuju tata kelola proyek yang lebih bersih, profesional, dan berorientasi pada kepentingan masyarakat.
Warga masih menanti. Apakah proyek-proyek tahun ini akan menjadi awal perubahan, atau sekadar lembaran baru dari buku lama yang tak pernah selesai ditulis?
Editor: Redaksi