Banda Aceh — Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh menggelar kegiatan Inklusi Sosial Pelatihan Beauty Class sebagai bagian dari program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (PBIS) yang bertujuan memberdayakan masyarakat melalui peningkatan keterampilan dan literasi. Kegiatan yang berlangsung di Aula Dinas tersebut dibuka oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh yang diwakili oleh Kepala Bidang Layanan, Otomasi dan Kerjasama Perpustakaan, Ir. Diaz Furqan.
Diaz Furqan menyampaikan bahwa perpustakaan saat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyedia informasi, tetapi juga menjadi ruang belajar sepanjang hayat yang mendorong tumbuhnya kreativitas, keterampilan, dan kemandirian masyarakat. “Perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah upaya menjadikan perpustakaan sebagai sarana reproduksi pengetahuan ke dalam aksi nyata yang menyejahterakan,” ujarnya.
Diaz menjelaskan, melalui program ini masyarakat tidak hanya diajak untuk melek literasi, tetapi juga diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan, mengembangkan potensi diri, dan memangkas kesenjangan akses informasi. Ia mengatakan jika perpustakaan hadir untuk memfasilitasi masyarakat agar bisa berkarya, dengan menghargai keragaman budaya dan memberikan kesempatan bagi semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi.
Kegiatan Pelatihan Beauty Class ini, lanjut Diaz, bukan sekadar pelatihan keterampilan tata rias, tetapi juga menjadi bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat secara inklusif. “Kegiatan ini bukan hanya tentang belajar merias wajah atau tampil cantik. Lebih dari itu, ini adalah ruang untuk meningkatkan kepercayaan diri, menggali bakat dan minat di bidang kecantikan, serta membuka peluang usaha bahkan dari rumah,” katanya.
Melalui kegiatan ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh berharap dapat menumbuhkan semangat baru bagi para peserta, termasuk kelompok perempuan, penyandang disabilitas, dan masyarakat rentan lainnya. “Kami ingin setelah pelatihan ini, muncul semangat baru dari peserta — mungkin ada yang akan membuka usaha makeup rumahan, menjadi Make-Up Artist (MUA), atau menjadi inspirasi di lingkungannya,” kata Diaz.
Diaz Furqan juga menyampaikan apresiasi kepada para narasumber yang telah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, yakni Miss Vhani dari Make Over Pro Artist Aceh dan Sri Wahyuni dari Hazain Make Up Artist Aceh, dengan moderator Fania Shella Farahma dari komunitas Ratu Baca. Ia berharap pelatihan ini menjadi langkah awal yang berkelanjutan untuk memperkuat komitmen dalam membangun layanan publik yang inklusif dan memberdayakan.
Editor: Redaksi