Pernyataan oleh Maniza Zaman, Perwakilan UNICEF Indonesia Jakarta, 20 November 2025
Hari ini, pada peringatan Hari Anak Sedunia, UNICEF bergabung dengan suara-suara di seluruh dunia untuk menegaskan kembali sebuah kebenaran sederhana namun kuat: setiap anak, di mana pun berada, memiliki hak yang sama sebagaimana dijamin oleh Konvensi Hak Anak.
Tema tahun ini, “Hari Ku, Hak Ku,” mengingatkan kita bahwa berinvestasi pada anak bukanlah tindakan amal; melainkan kewajiban mendasar.
Indonesia telah mencatat kemajuan luar biasa dalam memajukan hak-hak anak, terutama dalam satu dekade terakhir. Dari mengurangi malnutrisi anak hingga memperluas akses layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan, Indonesia terus bergerak ke arah yang benar. Prestasi ini mencerminkan komitmen kuat Pemerintah, dan UNICEF bangga dapat mendukung perjalanan ini.
Namun, tantangan masih ada. Salah satunya adalah kemiskinan anak.
Laporan unggulan global UNICEF, The State of the World’s Children, yang dirilis hari ini, menunjukkan bahwa lebih dari satu dari lima anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah — total 417 juta anak — mengalami deprivasi berat dalam setidaknya dua bidang esensial. Bidang-bidang ini mencakup layanan penting bagi perkembangan dan kesejahteraan anak, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, gizi, sanitasi, dan air bersih.
Indonesia telah membuat kemajuan signifikan dalam mengurangi kemiskinan anak secara bertahap. Namun, 11,8 persen anak — sekitar 9,5 juta — masih hidup di bawah garis kemiskinan. Sebuah studi baru yang dirilis oleh Bappenas bekerja sama dengan UNICEF menunjukkan bahwa 37,4 persen — hampir 30 juta anak — mengalami deprivasi pada setidaknya dua dari area berikut: pendidikan, kesehatan, gizi, perlindungan, perumahan layak, air bersih dan sanitasi, serta akses informasi.
Laporan “Multidimensional Child Rights Deprivation in Indonesia” adalah bukti tekad Indonesia untuk memahami bagaimana kemiskinan memengaruhi kehidupan anak-anak sehari-hari. Kemiskinan lebih dari sekadar kekurangan pendapatan. Kemiskinan berarti hilangnya kesempatan dan potensi yang tidak dapat diwujudkan.
Oleh karena itu, UNICEF bekerja erat dengan Pemerintah Indonesia untuk meninjau kembali cara kita mengukur dan menangani kemiskinan anak — melampaui ukuran pendapatan demi memahami kenyataan penuh yang dihadapi anak-anak. Tindakan yang cermat berdasarkan pendekatan ini dapat dan akan mengubah kehidupan anak menjadi lebih baik — sehingga anak-anak dapat bermimpi besar.
Saya mengundang semua pihak untuk mempelajari lebih lanjut upaya ini melalui laporan yang tersedia di situs UNICEF: https://www.unicef.org/indonesia/social-policy/reports/multidimensional-child-rights-deprivation-indonesia?utm_source=omni&utm_medium=social&utm_campaign=general&utm_content=mnz
UNICEF mengapresiasi kepemimpinan dan komitmen Pemerintah dalam membangun masa depan yang bebas dari kemiskinan anak. Bersama-sama, kita memperkuat upaya untuk menjangkau anak-anak yang paling rentan.
Pada Hari Anak Sedunia ini, mari kita perbarui janji kita: memastikan setiap anak di Indonesia tumbuh dengan aman, berpendidikan, sehat, terlindungi, dan penuh harapan.
Editor: Amiruddin. MK













