Banda Aceh- Aksi Kamisan kembali ramaikan Taman Ratu Safiatuddin dengan suasana hening dan penuh makna, aksi ini menjadi ruang refleksi atas 30 tahun konflik bersenjata di Aceh, sekaligus forum menyuarakan berbagai persoalan hak asasi manusia (HAM) yang belum terselesaikan hingga kini.Kamis,(03/07/2025).
Aksi Kamisan kali ini merupakan yang ketiga digelar di Banda Aceh, sebagai bagian dari gerakan damai yang konsisten merawat ingatan sejarah dan menuntut keadilan bagi para korban. Tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa, aksi ini juga terbuka untuk umum dan rutin diikuti oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Koordinator lapangan, Tio Pratama, menyampaikan bahwa Aksi Kamisan di Aceh membawa isu yang berbeda dari Kamisan di Jakarta, yang umumnya menyoroti tragedi Mei 1998.
“Kalau di pusat, Kamisan terkait tragedi 1998. Tapi Kamisan di kita ini tentang 30 tahun kita konflik dengan negara kita sendiri. Di situ pasti banyak pelanggaran HAM yang terjadi dan pertumpahan darah,” ujar Tio usai menyampaikan orasinya.
Ia juga menegaskan bahwa aksi ini bukan hanya soal mengenang sejarah masa lalu, tetapi menjadi ruang penting bagi masyarakat untuk terus menyuarakan berbagai bentuk ketidakadilan yang belum direspon negara.
“Di sini kita sebagai tempat merawat ingatan, baik itu terkait HAM maupun kebijakan pemerintah. Baik itu terkait hal yang belum dituju oleh pemerintah, di sinilah tempat kita menyampaikan suara,” tambahnya.
Tio juga menekankan bahwa Aksi Kamisan bukan ruang eksklusif milik kelompok tertentu, melainkan forum terbuka yang bisa diikuti oleh siapa pun.
“Saya nggak mau ngeklaim bahwa ini kawasan mahasiswa, jadi kita di sini bebas siapa pun boleh bergabung, mau itu mahasiswa atau masyarakat. Dan saya belum pernah data berapa jumlah mahasiswa dan masyarakat, tapi alhamdulillah setiap aksi ada masyarakat yang hadir,” tutupnya.
Editor: Amiruddin. MKReporter: Aininadhirah