Sigli – Hujan yang tak kunjung reda pada akhir November bukan hanya mengubah wajah sejumlah daerah di Aceh, tetapi juga mengubah jalannya perjuangan para atlet Pidie yang sedang bersiap tampil di ajang Pra PORA. Dari Langsa hingga Aceh Tamiang, banjir bandang datang tiba-tiba dan menyapu tuntas harapan akan pertandingan yang sudah lama dinanti. Namun dari musibah itu pula lahir kisah tentang kepedulian, koordinasi cepat, dan upaya pemulangan yang penuh ketegangan.
Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Pidie, Muhammad, S.Pd.I, masih mengingat jelas bagaimana kabar hilangnya kontak para atlet balap sepeda ISSI Pidie membuat semua pihak diliputi kecemasan. “Selama lima hari lima malam, kami tak mendapat kabar apa pun. Semua terputus. Manager, pelatih, atlet—semuanya tidak bisa dihubungi,” ujar Muhammad saat berbicara kepada NOA.co.id, Kamis (4/12/2025).
Padahal, menurutnya, mereka datang dengan semangat penuh untuk mengikuti even Pra PORA yang dijadwalkan berlangsung pada 24–30 November 2025. Namun takdir berkata lain. Pada 26 November, dua hari setelah tiba di lokasi pertandingan, banjir besar melanda Langsa dan Aceh Tamiang. Akses jalan lumpuh, sinyal hilang, dan ratusan peserta kegiatan olahraga itu terisolasi.
Ketegangan baru mencair ketika Senin pagi (1/12) sang Manager, Said Mauladi, SH, berhasil tersambung melalui telepon. “Mendengar suara beliau saja sudah seperti menerima kabar besar. Itulah titik awal kami bergerak,” kata Muhammad.
Dari situ, koordinasi berlangsung cepat. KONI Pidie langsung melapor dan meminta bantuan Bupati Pidie, H. Sarjani Abdullah, SH, MH, yang merespons dengan sigap. Ia memerintahkan sejumlah SKPK terkait untuk memfasilitasi proses pemulangan seluruh atlet. Berkat koordinasi lintas instansi itu, rombongan ISSI akhirnya tiba kembali di Sigli pada Rabu malam, 3 Desember 2025, disambut hangat jajaran pejabat daerah dan pengurus KONI Pidie.
Namun pekerjaan belum selesai. Muhammad mengungkapkan, masih ada 21 atlet pencak silat Pidie yang hingga kini terjebak banjir di Kabupaten Bener Meriah. Mereka berada di daerah tersebut sejak 22 November untuk mengikuti Pra PORA cabang pencak silat.
Upaya pemulangan pun telah dilakukan sejak beberapa hari sebelumnya. Data atlet sudah dikirimkan untuk mengupayakan tumpangan pesawat Hercules yang kebetulan membawa logistik ke wilayah banjir. Rencana awal, pesawat tersebut akan terbang kembali ke Banda Aceh. Namun mendadak informasi berubah.
“Ternyata pesawat hanya terbang dari Bener Meriah menuju Medan. Tidak ada rute ke Banda Aceh,” jelas Muhammad.
Situasi itu memaksa KONI mencari jalan lain. Mereka kini mencoba menempuh opsi pemulangan melalui rute Medan. Atlet diminta bersiaga di bandara. Setelah mendarat di Medan, rencananya mereka akan menempuh jalur darat hingga ke titik penjemputan di Kuta Blang, tempat armada dari Pemda Pidie telah disiapkan menanti.
“Kami mohon doa dari seluruh masyarakat Pidie. Semoga hari ini semua berjalan lancar tanpa hambatan,” ujar Muhammad penuh harap.
Di tengah musibah yang menimpa sebagian wilayah Aceh, kisah pemulangan para atlet ini menjadi pengingat bahwa solidaritas dan kepedulian tetap menjadi kekuatan terbesar sebuah daerah. Para atlet datang membawa mimpi. Dan meski banjir menghentikan langkah mereka sejenak, kepulangan mereka adalah awal dari bangkitnya kembali tekad untuk berjuang di kesempatan berikutnya.
Editor: Amiruddin. MKReporter: Amir Sagita










