Sigli – Suasana Oproom Setdakab Pidie, Kamis (13/11/2025) pagi itu terasa berbeda. Aroma kopi Aceh yang hangat berpadu dengan lantunan shalawat yang menggema perlahan. Para tokoh adat, ulama, dan pejabat pemerintahan duduk berjejer rapi — wajah mereka memancarkan semangat dan kebanggaan. Hari itu bukan sekadar seremoni biasa, melainkan peneguhan komitmen bersama untuk menjaga marwah adat di Tanah Pidie.
Bupati Pidie, H. Sarjani Abdullah, S.H., hadir langsung memimpin pengukuhan Pemangku Adat dan Pengurus Majelis Adat Aceh (MAA) Kabupaten Pidie. Dengan penuh khidmat, satu per satu nama pengurus disebut dan dikukuhkan, menandai awal tanggung jawab besar dalam memelihara warisan adat yang berpijak pada nilai-nilai Islam.
Dalam sambutannya, Bupati Sarjani menyampaikan rasa bangga dan harapan mendalam agar MAA menjadi benteng pelestarian budaya dan penjaga harmoni sosial masyarakat.
“Majelis Adat Aceh memiliki peran penting sebagai pembina kehidupan adat yang berlandaskan ajaran Islam. Saya berharap MAA dapat memperkuat peran adat dalam menjaga keharmonisan sosial serta menjadi garda terdepan dalam memperkokoh jati diri masyarakat Pidie,” ujarnya disambut tepuk tangan para hadirin.
Pidie, sebagai salah satu kabupaten tua di Aceh, memiliki kekayaan tradisi dan adat istiadat yang diwariskan turun-temurun. Dari lembaga tuha peut gampong, imeum mukim, hingga peradilan adat, semuanya mencerminkan filosofi hidup orang Aceh yang sarat nilai syariat dan kebersamaan. Di tengah arus modernisasi, Bupati Sarjani mengingatkan bahwa adat harus tetap menjadi penuntun arah pembangunan daerah.
Ia menegaskan, keberadaan MAA selaras dengan visi pemerintah daerah, yaitu Terwujudnya Masyarakat Pidie yang Islami, Adil, Maju, Sejahtera, dan Berkelanjutan.
“Pelestarian adat dan budaya bukan hanya soal tradisi, tapi juga tentang jati diri dan kearifan lokal yang menjadi fondasi pembangunan,” tegasnya
Bupati juga berharap MAA aktif membantu pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial di tengah masyarakat, termasuk menghidupkan kembali lembaga adat di tingkat gampong dan mukim. Sinergi antara MAA, ulama, pemerintah, dan lembaga pendidikan, katanya, menjadi kunci agar adat tetap relevan dan selaras dengan perkembangan zaman.
Acara pengukuhan itu turut dihadiri Prof. Dr. Syahrial Abbas, M.A., Tuha Peut Wali Nanggroe Aceh yang mewakili Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Tgk. Malik Mahmud Alhaythar. Hadir pula Ketua MAA Provinsi Aceh Prof. Dr. Drs. Yusri Yusuf, M.Pd., serta Wakil Ketua I MAA Provinsi Aceh Miftakhuddin Cut Adek, S.E.
Rangkaian acara ditutup dengan doa dan silaturahmi bersama. Di tengah senyum dan jabat tangan hangat, terselip tekad yang sama: menjaga nilai-nilai adat yang berakar kuat pada Islam, demi masa depan Pidie yang berbudaya dan bermartabat.
Editor: Amiruddin. MKReporter: Amir Sagita














