Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia PBB mencatat sedikitnya 636 warga sipil tewas di Ukraina sejak Rusia menginvasi negara tersebut pada Kamis (24/2). Angka itu merupakan akumulasi hingga Minggu (13/3).
Seperti diberitakan CNN pada Senin (14/3), angka itu meningkat 40 kematian dibandingkan data terbaru satu hari sebelumnya.
Dari korban jiwa tersebut, beberapa di antaranya adalah 6 perempuan, 10 laki-laki, dan 30 anak-anak lain yang jenis kelaminnya belum diketahui. Sedangkan, 1.125 warga sipil lainnya luka-luka.
“Sebagian besar warga sipil yang menjadi korban tercatat akibat senjata peledak dengan area dampak luas,” keterangan tertulis OHCHR.
Pilihan Redaksi
|
Beberapa serangan yang dimaksud, seperti penembakan dari artileri berat, sistem roket multi-peluncuran, hingga serangan rudal dan serangan udara.
“OHCHR percaya angka sebenarnya jauh lebih tinggi, terutama di kawasan yang dikuasai pemerintah dan beberapa hari terakhir,” tulis OHCHR.
“Sebab, penerimaan informasi di beberapa lokasi yang intens tertunda, banyak juga laporan yang masih menunggu konfirmasi,” kata mereka.
Terpisah, penasihat kepresidenan Ukraina Oleksiy Arestovych sebelumnya menyatakan pengeboman Rusia di Kota Mariupol menyebabkan lebih dari 2.500 orang tewas, Senin (14/3).
“Lebih dari 2.500 orang telah dibunuh, berdasarkan laporan resmi dari pihak berwenang kota. Dan ini merupakan bencana yang tidak diberikan penilaian sesuai oleh dunia,” lanjutnya.
CNN belum bisa memverifikasi jumlah korban tewas ini secara independen.
Sementara itu. Kedutaan Besar Ukraina di DUNIA mengungkapkan pasukan Rusia sempat menyerang Masjid Sultan Suleiman di Mariupol.
Kabar itu dikonfirmasi Kementerian Luar Negeri Ukraina dan menyampaikan 80 orang dewasa dan anak-anak yang berlindung di masjid itu, termasuk warga negara Turki.
Sudah lebih dari sepekan pasukan Rusia berhasil menguasai kota Mariupol. Sejak itu, kota ini disebut tak lagi mendapatkan pasokan air, pangan, dan listrik.
(chri)
[Gambas:Video CNN]