Home / News

Sabtu, 5 Maret 2022 - 19:16 WIB

Pemerintah Ungkap Alasan RI Sulit Lepas dari Impor Kedelai

REDAKSI

JAKARTA – Kenaikan harga kedelai membuat para para importir berniat berhenti melakukan kegiatan impor. Namun demikian, pemerintah meminta agar impor tetap jalan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang masih ketergantungan dengan impor.

“Beberapa waktu yang lalu saya berbicara dengan para importir, karena mereka sempat mau menghentikan importasinya akibat harga kedelai yang saat ini tinggi. Harga ini karena kejadian di luar negeri, apalagi dampak perang Ukraina-Rusia pada komoditi-komoditi lainnya. Namun, saya sudah tekankan bahwa ketersediaan kedelai ini perlu tetap tersedia, lebih baik tersedia meskipun harga tinggi,” jelas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan di acara Polemik MNC Trijaya Quo Vadis Sembako Nasional, di Jakarta, Sabtu (5/3/2022).

Baca Juga :  Pemerintah Pastikan Pasokan Bahan Pokok Aman sampai Lebaran

Baca Juga: Impor Kedelai yang Mematikan

Dia mengatakan 150 ribu perajin tahu tempe sangat tergantung pada kedelai impor. Jika tidak tersedia akan berbahaya bagi keberlangsungan usaha mereka. Menurutnya, pemerintah memastikan ketersediaan kedelai hingga puasa dan lebaran, menyediakan 240 ribu ton per bulan hingga akhir tahun, dan melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat bahwa akan terjadi penyesuaian harga pada posisi Rp11.300 di tingkat pengrajin, bisa sampai di posisi Rp12 ribu. Selain itu, pemerintah juga membantu para pengrajin untuk menekan biaya produksinya.

Baca Juga :  Konsisten Berinovasi, MNC Life Sukses Raih 11th Infobank Digital Brand Award 2022

“Harga standar yang sebenarnya diinginkan petani itu di tingkat Rp9-10 ribu, akan tetapi posisi ini sudah Rp11.300, ini artinya tempe kurang lebih harganya Rp10.300 per kg dilepas oleh pengrajin dan tahunya sekitar Rp650 per potongnya dilepas oleh pengrajin,” ungkap Oke.

Baca Juga: Ironi Tanaman Kedelai di Indonesia: Tanahnya Terbaik, tapi Impor Terus

Dia menyebutkan bahwa kebutuhan rata-rata tahun ini adalah 240 ribu ton per bulan. Secara nasional biasanya, sebelum terjadi penurunan jumlah pengrajin, jumlah kebutuhan nasional itu 3 juta ton dan pasokan dari impor itu setidaknya 2,6 juta ton.

Baca Juga :  Dirjen Kemendag Sesumbar Bakal Setop Laju Harga Bawang dan Cabai Sebelum Lebaran

“Di Indonesia, berdasarkan informasi Kementerian Pertanian, dari yang kita biasanya bisa memasok 20% atau 400 ribu ton, ternyata terjadi penurunan jadi produksinya hanya 250 ribu,” kata dia.

(nng)

Sumber Berita

Share :

Baca Juga

News

China Umumkan Kematian Covid Pertama Setelah Setahun

Nasional

Apa Saja Kesalahan Militer Rusia dalam Invasi ke Ukraina?

News

Kim Jong-un Bersumpah Perkuat Militer Korut usai Uji Rudal Antarbenua

News

Arema FC Optimistis Hentikan Rekor Tak Terkalahkan Persib

News

Alfriyanto Nico Tak Sabar Hadapi Timnas Korea Selatan U-19

News

Hingga Desember 2021, BP2MI Aceh Sudah Memulangkan 244 PMI Aceh Dari Malaysia

News

Kementan Dukung Pengembangan Petani Milenial Kalimantan Selatan

News

Prediksi Juventus vs Inter Milan di Liga Italia 2021-2022: Peluang Bianconeri Tembus 3 Besar