Sigli – Di sebuah warung kecil di persimpangan jalan Kecamatan Muara Tiga, aroma bensin bercampur debu siang itu tak lagi terasa biasa. Harga Pertamax yang biasanya dibeli Rp 12.500 di SPBU, mendadak melambung hingga Rp 25–30 ribu per liter di tangan pengecer. Pertalite pun tak kalah mengejutkan, dijual Rp 15–20 ribu.
Bagi warga, ini bukan sekadar kenaikan harga — tapi tamparan keras di tengah kondisi ekonomi yang sudah berat.
“Nak jak keu SPBU hana masalah harga. Tapi nyan… harga yang dijual di gampông, ibarat mencekik leher,” keluh Nurdin Ali, salah seorang warga Muara Tiga, saat ditemui NOA.co.id, Selasa (3/12/2025).
Alasan Langka, Harga Melangit
Pengecer berdalih pasokan Pertamax dan Pertalite kosong, sulit didapat, dan stok yang masuk hanya sedikit. Namun, menurut warga, alasan itu terasa janggal. Di SPBU, dua jenis BBM tersebut disebut masih tersedia seperti biasa tanpa ada kenaikan mencolok.
“Nyoe bukan persoalan langka, tapi soal memanfaatkan keadaan. Na surat edaran dari Pemkab, harga barang bila naik tak wajar harus ditindak. Jadi kenapa ini dibiarkan?” ujar Nurdin dengan nada geram.
Desakan untuk Penegakan Aturan
Warga menilai pemerintah dan aparat belum hadir dalam kondisi ini. Mereka berharap Polsek setempat segera turun tangan mengecek para pemasok dan pengecer yang diduga sengaja memainkan harga.
“Kalau memang terbukti menaikkan harga seenaknya, tangkap saja. Jangan sampai masyarakat terus jadi korban,” tegas Nurdin.
Ia menambahkan, masyarakat sebenarnya bisa memahami bila ada kenaikan normal — misalnya Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per liter. Namun yang terjadi sekarang sudah di luar batas wajar, bahkan mencapai 50 hingga 100 persen.
Harga BBM Harus Dikontrol, Terutama Saat Bencana
Bagi warga Muara Tiga, kondisi ini seharusnya jadi alarm bagi pemerintah daerah. Di tengah situasi bencana atau gangguan distribusi, pengawasan harga BBM harus lebih ketat agar tidak dimanfaatkan oleh oknum tertentu.
“Jangan biarkan alasan ‘stok kosong’ jadi tameng untuk menipu masyarakat. Ini harus ditertibkan. Kami minta pemerintah bertindak tegas,” tutup Nurdin.
Editor: Amiruddin. MKReporter: Amir Sagita










