Home / Daerah

Sabtu, 28 Desember 2024 - 14:34 WIB

Kenaikan PPN 12% Bebani Rakyat dan UMKM

Farid Ismullah

Pemuda Kota Langsa, Diki Anaya. (Foto : Dok.NOA.co.id).

Pemuda Kota Langsa, Diki Anaya. (Foto : Dok.NOA.co.id).

Kota Langsa – Rencana pemerintah menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun 2025 tidak hanya menjadi topik kontroversial, tetapi juga memicu kritik keras, termasuk dari Diki Anaya, pemuda Kota Langsa, Rabu.

“Kebijakan ini dianggap sebagai langkah yang gegabah dan tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi rakyat, terutama mereka yang berada di garis kemiskinan dan pelaku UMKM yang masih berjuang menghadapi dampak pandemi,” Kata Diki, 28 Desember 2024.

Ia menegaskan, bahwa kenaikan PPN sebesar 12% berisiko memperburuk keadaan ekonomi yang sudah tertekan, terutama dengan lonjakan harga barang dan jasa yang diprediksi akan terjadi. Ia juga mengkritik keras pemerintah yang memilih membebani rakyat dengan kenaikan pajak, tanpa memperhatikan daya beli masyarakat yang semakin menipis.

Baca Juga :  Terlibat Tawuran, 4 Remaja Ditangkap Polisi di Langsa

“Pajak naik, harga barang ikut naik, sementara pendapatan masyarakat stagnan. Siapa yang diuntungkan dengan kebijakan ini?” tanya Diki.

Lebih lanjut, Diki menyoroti dampak fatal kebijakan ini terhadap UMKM, sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Kenaikan PPN dianggap akan semakin menambah beban pelaku UMKM, yang sudah terjepit oleh biaya operasional dan rendahnya margin keuntungan.

Baca Juga :  Penjabat Gubernur Safrizal Kirim Bantuan untuk Korban Kebakaran Simeulue

“UMKM bukan hanya akan kesulitan bertahan, tetapi juga terancam gulung tikar. Ini bukan sekadar masalah pajak, tapi ancaman terhadap eksistensi ekonomi lokal,” ujar Diki dengan tegas.

Ia juga mengingatkan bahwa reformasi perpajakan seharusnya tidak hanya fokus pada peningkatan tarif pajak, tetapi pada pengelolaan anggaran yang lebih bijak dan memperluas basis pajak dari sektor-sektor yang lebih potensial, seperti pajak kekayaan dan digitalisasi ekonomi, yang cenderung luput dari perhatian pemerintah.

Baca Juga :  WNA asal Maladewa Diamankan Petugas Imigrasi Sabang

“Pajak bukan hanya tentang menaikkan tarif, tetapi tentang keadilan. Kenapa rakyat kecil selalu jadi korban, sementara sektor kaya justru dibiarkan bebas dari pajak yang adil?” kritik Diki.

Diki menyatakan bahwa kebijakan PPN 12% adalah bentuk ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib rakyat kecil. Ini bukan sekadar kebijakan fiskal, tapi juga pengkhianatan terhadap harapan rakyat untuk kehidupan yang lebih baik.

“Pemerintah harusnya melindungi rakyat, bukan menambah beban mereka. Kebijakan ini harus ditinjau ulang demi keadilan sosial dan kestabilan ekonomi,” Tutup Diki.

Editor: Amiruddin. MK

Share :

Baca Juga

Daerah

Wakil Bupati dan Kadisdik Apresiasi Program Makanan Bergizi Gratis di Simeulue

Daerah

Persiapan MTQ ke 37, LPTQ Muara Tiga, Gelar TC

Daerah

BSI Adakan Kerja Sama Strategis dengan PLN UIW Aceh

Aceh Besar

Satpol PP dan WH Aceh Besar Tertibkan Bangunan Liar dan PKL di Kecamatan Ingin Jaya

Daerah

IndoJayaNews Akhirnya Terverifikasi Administrasi dan Faktual Dewan Pers
Ketika bersama Kabid Statistik, Hary untuk klarifikasi iklan.(Iskandar Zulkarnaen/NOA.CO.ID)

Daerah

Klarifikasi Iklan Advetorial Kominfo Nganjuk, Sesuai Standar dan Kode Etik Periklanan Pada Umumnya

Daerah

Pemkab Aceh Besar Gelar Zikir Akbar untuk Menguatkan Keharmonisan dan Spiritualitas di Kota Jantho

Daerah

Karimun Usman Berpulang, Pemkab Aceh Besar Nyatakan Berduka