Banda Aceh – Kantor Imigrasi Kelas I TPI Banda Aceh melakukan deportasi terhadap warga negara asing (WNA) asal malaysia, Rabu.
Kasubsi Penindakan Keimigrasian, Faroc Reanda Pratama, menjelaskan bahwa deportasi MK tersebut dilakukan atas dasar pelanggaran izin tinggal
“MK diduga telah melebihi izin tinggal yang diberikan sesuai paspor Malaysia yang berlaku dari 14 Maret 2020 hingga 14 Maret 2025 dan Ia diketahui bekerja sebagai juru parkir di salah satu swalayan di Banda Aceh,” Kata Faroc, 2 Juli 2025.
Faroc menambahkan, MK dijerat dengan Pasal 78 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, karena telah overstay.
Sebelumnya, Tim Gabungan yang terdiri dari Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Komando Daerah Militer Iskandar Muda, Aceh, (Kodam IM) dan Kantor Imigrasi Kelas I TPI Banda Aceh mengamankan dua warga negara asing (WNA)
Kedua WNA tersebut masing-masing berinisial MA asal Pakistan dan MK asal Malaysia. Keduanya diduga melanggar aturan keimigrasian di wilayah Indonesia.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Banda Aceh, Gindo Ginting saat Konferensi Pers (24/6), menjelaskan bahwa MA (57), warga negara Pakistan, masuk ke Indonesia secara melalui Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, pada tahun 2024 dengan membawa paspor dan visa. Ia masuk ke Indonesia dan berpindah-pindah ke berbagai wilayah, seperti Jakarta, Pontianak, Putussibau, Sintang (Kalimantan Barat), Lampung, Palembang, hingga akhirnya tiba di Banda Aceh pada Mei 2025.
“MA diketahui menjual lukisan kaligrafi di berbagai kota yang dikunjunginya. Saat diamankan di Banda Aceh, yang bersangkutan dalam kondisi sehat dan mampu berbahasa Indonesia,” kata Gindo
Gindo menjelaskan, jika Barang bukti yang diamankan antara lain satu paspor kebangsaan Pakistan, telepon genggam, dokumen identitas dari negara asal, serta uang tunai sebesar Rp800.000 yang diduga hasil dari penjualan lukisan.
“Atas tindakannya, MA diduga melanggar Pasal 116 dan Pasal 122 Huruf (A) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun,” Katanya.
Sementara itu, terkait MK, Gindo menambahkan, warga negara Malaysia tersebut masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Dumai pada tahun 2020 dan MK tinggal di salah satu dayah (pesantren) di Aceh Besar selama 2020–2023.
“MK menikah dengan perempuan asal Aceh dan menetap di Desa Merduati, Banda Aceh,” Tutup Gindo.
Editor: Amiruddin. MK