Jakarta – Beberapa negara telah meluncurkan program seperti Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan di Indonesia pada bulan Januari. Atas permintaan Pemerintah, Perserikatan Bangsa-Bangsa di Indonesia mendukung upaya ini, berdasarkan penelitian ilmiah dan pengalaman internasional dari seluruh dunia.
Program unggulan Presiden Prabowo Subianto ini dirancang untuk memastikan akses terhadap makanan seimbang dan sehat bagi anak-anak sekolah, anak-anak prasekolah, serta ibu hamil dan menyusui, demi mengatasi tiga beban malnutrisi: kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan kekurangan mikronutrien. Makanan didistribusikan melalui sekolah, pusat komunitas, dan fasilitas kesehatan setempat.
“PBB di Indonesia sepenuhnya mendukung prioritas pembangunan Presiden dan Pemerintah, dan dukungan terhadap MBG telah menjadi pilar utama dalam kerangka kerja sama kami,” kata Gita Sabharwal, Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, dalam keterangan tertulis yang diterima Kantor Berita NOA.co.id, Rabu 2 Juli 2025.
Per Mei 2025, 1.011 dapur di 34 provinsi menyediakan makanan bagi lebih dari 2 juta penerima manfaat. Pada akhir tahun, pemerintah berencana memperluas menjadi 30.000 dapur terpusat, yang diperkirakan akan menyediakan makanan bagi hingga 82,9 juta orang. Dengan memanfaatkan teknologi dan kemitraan dengan petani dan pemasok lokal, program ini bertujuan mendorong kebiasaan makan sehat sekaligus mendukung perekonomian lokal.
Bagaimana tepatnya PBB di Indonesia mendukung Pemerintah Indonesia dalam menyediakan makanan bergizi bagi mereka yang paling membutuhkan?
Scaling Up Nutrition
Gerakan Scaling Up Nutrition (SUN) adalah inisiatif global yang melibatkan 63 negara untuk mengatasi segala bentuk malnutrisi melalui kolaborasi lintas sektor. Di Indonesia, gerakan ini dipimpin oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, yang menghubungkan berbagai sektor. Dalam sektor Jaringan Donor dan PBB untuk Nutrisi (DUNCNN), Dana Anak-anak PBB (UNICEF) memimpin koalisi 13 mitra internasional* untuk memperkuat upaya nutrisi di seluruh negeri melalui bantuan teknis seperti pengumpulan data, penetapan standar, dan penguatan kapasitas terhadap program.
Membantu menetapkan standar nutrisi
World Food Programme (WFP), UNICEF, dan Food and Agriculture Organization (FAO) memainkan peran penting dalam memberikan dukungan teknis dan menyusun pedoman untuk program ini.
Sebagai Sekretariat Koalisi Makan Sekolah Global, WFP telah mendukung Indonesia menjadi anggota dan memperkuat posisinya di forum regional dan global. WFP juga tengah menjajaki, bersama pemerintah, penggunaan teknologi kecerdasan buatan untuk optimalisasi menu yang mempertimbangkan nutrisi, sumber, ketersediaan makanan, dan harga. Sementara itu, UNICEF mendukung pengembangan pedoman dan standar nasional untuk pelaksanaan MBG yang efektif. UNICEF melatih tim dapur lokal untuk mengoptimalkan menu dan memperkuat rantai pasokan, serta bekerja untuk standarisasi jaminan kualitas air dan sanitasi di dapur guna memastikan makanan disiapkan secara aman dan higienis.
Sementara itu, FAO sedang melakukan studi analitis untuk menilai seberapa jauh pola konsumsi makanan saat ini sejalan dengan Pedoman Gizi Seimbang Berbasis Pangan Indonesia. Dengan menggunakan data rumah tangga, studi ini menghitung kesenjangan konsumsi berdasarkan kelompok makanan di tingkat nasional, provinsi, dan rumah tangga, serta memetakan kesenjangan regional untuk mengidentifikasi wilayah kekurangan konsumsi. Studi ini akan membantu menyempurnakan sasaran dan komposisi MBG, mengidentifikasi kelompok dan wilayah sasaran di mana intervensi makan sekolah akan memberikan dampak terbesar.
Mengoptimalkan jangkauan
PBB membantu mencari cara terbaik untuk memastikan anak-anak mendapatkan makanan bergizi, di mana pun mereka tinggal. Ini mencakup pengujian dan dokumentasi berbagai model dapur, optimalisasi rantai pasokan dan distribusi makanan, terutama di wilayah terpencil. Melalui pelatihan langsung, dokumentasi pelajaran yang dipetik, dan upaya standardisasi jaminan kualitas, UNICEF dan WFP membantu komunitas membangun sistem yang paling sesuai untuk mereka.
Edukasi gizi
Pendidikan merupakan kunci untuk menjadikan program ini berkelanjutan. Dengan memberikan edukasi gizi komprehensif kepada staf dapur, guru, orang tua, siswa, dan masyarakat luas, UNICEF membantu membangun kebiasaan sehat jangka panjang—mendorong pilihan makanan yang lebih baik, kesadaran makan, dan praktik gizi berkelanjutan. UNICEF juga bermitra dengan universitas untuk menyebarkan kesadaran tentang gizi seimbang kepada lebih banyak orang, memastikan bahwa pengetahuan tentang pola makan sehat menjangkau di luar kelas. Ketika masyarakat memahami pentingnya gizi yang baik, mereka menjadi bagian aktif dalam menciptakan masa depan yang lebih sehat.
Pusat Keunggulan Nasional
Pada bulan Februari, Bappenas, Badan Gizi Nasional (BGN), IPB University, dan UNICEF meluncurkan Pusat Keunggulan Nasional untuk MBG. Pusat ini berfokus pada pelatihan dan pengajaran, penelitian dan inovasi, manajemen pengetahuan, dan pengembangan kebijakan untuk mendukung BGN dalam merumuskan kebijakan, peraturan, dan pedoman di tingkat nasional dan daerah untuk meningkatkan cakupan dan kualitas program MBG. Selain itu, Pusat ini juga bertanggung jawab untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program guna memastikan efektivitasnya.
Petani lokal, bahan lokal
International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan FAO, bekerja sama dengan komunitas lokal, menghubungkan produsen lokal dan komoditas dengan pasar serta membangun kapasitas masyarakat pedesaan untuk memproduksi dan mengolah makanan bergizi, termasuk melalui kebun rumah tangga, kelas memasak, dan sarapan bersama di sekolah dasar. UNICEF mendukung otoritas lokal di Papua untuk menyediakan makanan sekolah yang bergizi dan hemat biaya untuk anak-anak PAUD dan SD, menggunakan bahan makanan lokal dan layanan gizi terpadu. WFP mendukung hubungan antara petani kecil dan pelaku rantai pasok lainnya dengan dapur MBG.
Manajemen Limbah Makanan
FAO mendukung Pemerintah dalam studi konsep ekonomi sirkular untuk pengelolaan limbah makanan dalam program MBG, sejalan dengan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular. Studi ini akan merumuskan strategi pengurangan dan penanganan limbah makanan dari Program MBG dengan mempertimbangkan prinsip ekonomi sirkular.
Makanan Fortifikasi
Untuk mengatasi kekurangan mikronutrien, fortifikasi makanan menjadi bagian kunci dari program. Dengan dukungan teknis dari PBB, MBG menggunakan garam, tepung terigu, dan minyak goreng yang diperkaya vitamin dan mineral. WFP mendukung pemerintah untuk mengintegrasikan beras fortifikasi dalam program nasional, termasuk mendukung penyusunan standar beras fortifikasi, sebagai prasyarat penting untuk institusionalisasi. Melalui Pusat Keunggulan, UNICEF mendukung pemodelan paket intervensi terpadu termasuk transformasi sistem pangan untuk mendukung ekonomi lokal.
Optimalisasi sasaran dan alokasi sumber daya
UN Global Pulse mengembangkan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) canggih untuk Kementerian PPN/Bappenas guna mengoptimalkan perencanaan implementasi program MBG. Dengan mengintegrasikan data resmi dan non-konvensional, DSS memastikan penargetan yang tepat, alokasi sumber daya yang efisien, dan pelaksanaan program yang efektif.
Anggota DUNCNN terdiri dari 13 donor dan lembaga PBB:
1. Dana Anak-anak PBB (UNICEF) (Ketua)
2. Bank Dunia (Wakil)
3. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
4. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)
5. Program Pangan Dunia (WFP)
6. Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) – Australia
7. Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID)
8. Urusan Global Kanada
9. Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (IFAD)
10. Dana Kependudukan PBB (UNFPA)
11. Tanoto Foundation
12. Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA)
13. Bank Pembangunan Asia (ADB)
Editor: Amiruddin. MK