Banda Aceh – Program bantuan seribu judul buku untuk perpustakaan desa (pustaka gampong) di Aceh belum sepenuhnya merata. Hal ini disebabkan tidak semua desa telah masuk ke dalam program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Dr. Edi Yandra, menjelaskan bahwa meski keterwakilan dari 23 kabupaten/kota di Aceh sudah tercover, namun jumlah desa penerima masih terbatas.
“Setiap kabupaten memang sudah ada desa yang dapat bantuan, tapi jumlahnya berbeda-beda. Ada yang hanya lima desa, ada yang delapan, bahkan ada sepuluh desa. Sementara desa-desa lain belum terjangkau,” ujarnya di Banda Aceh, Senin (25/8/2025).
Menurutnya, salah satu kendala utama adalah belum semua gampong memiliki perpustakaan desa. Tanpa adanya fasilitas pustaka, program seribu buku dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) tidak dapat dijalankan.
“Kalau pustaka desanya saja belum ada, tentu program ini juga tidak bisa masuk. Jadi peran kepemimpinan kepala desa sangat penting dalam mengembangkan pustaka di gampong masing-masing,” tambah Edi.
Ia berharap program bantuan seribu buku dapat dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya agar lebih banyak desa di Aceh bisa merasakan manfaatnya. Selain menumbuhkan budaya baca, TPBIS juga mendorong pemberdayaan masyarakat melalui literasi untuk pengembangan ekonomi lokal.
“Kemudian dukungan anggaran kabupaten/kota juga sangat penting,” tuturnya. (Adv)
Editor: Redaksi