Belanda – Bangunan yang pernah difungsikan sebagai Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) sejak 1967 ini sempat kosong hampir lima dekade pasca ditutup pada 1976. Duta Besar Mayerfas mengemban misi renovasi bangunan tersebut setelah Pemerintah Indonesia pada 2020 memutuskan untuk kembali memanfaatkan bangunan tersebut.
Menlu Retno memberikan nama bangunan tersebut ‘Indonesia House Amsterdam’, disingkat IHA.
“Indonesia House Amsterdam harus benar-benar mewakili wajah Indonesia yang modern dan yang terbaik. Jangan ecek-ecek (istilah Jawa yang berarti ala kadarnya).” Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa gedung itu akan menjadi pusat promosi ekonomi dan budaya Indonesia di Belanda. Pada batu prasasti marmer warna biru, dan Rumah ini adalah ‘jembatan’ yang menghubungkan Indonesia, Belanda, dan Eropa,” Kata Menlu Retno dalam keterangan tertulis, 18 September.
Dubes Mayerfas memaparkan bahwa IHA dengan luas total lebih dari 1.400 m2 merupakan pusat promosi Indonesia di luar negeri yang terbesar dan terlengkap. Setiap lantainya diperuntukkan sebagai tempat promosi yang akan memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia dan mempererat hubungan kedua negara.
“Empat tahun lalu, gedung ini hanya berupa tumpukan batu bata tua yang sudah usang dan terbengkalai. Sekarang kita dapat melihatnya kembali hidup dan memiliki masa depan yang menjanjikan dan berkembang pesat,” Kata Dubes Mayerfas.
Direktur Jenderal Kebudayaan dan Media Belanda, Barbera Wolfensberger, memuji peresmian Rumah Indonesia Amsterdam dan menantikan berbagai acara mendatang di rumah tersebut. Lebih dari 70 orang menghadiri upacara peresmian tersebut.
“Sejak 2023, IHA telah menyelenggarakan berbagai acara, seperti Forum Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi (TTI), Dialog Start-up Indonesia-Belanda, Pameran Ulos Batak, Peragaan Busana Batik Berkelanjutan, dan masih banyak lagi. Dalam beberapa bulan mendatang, IHA juga akan dengan bangga mempersembahkan beberapa acara promosi, diantaranya Indonesia Spice Week Amsterdam dan The First Indonesia Medical Wellness Tourism Expo,” Kata Barbera Wolfensberger.
Usai peresmian, Menlu Retno juga menyambangi Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) yang berlokasi di Wassenaar untuk menyapa para siswa dan guru di sekolah tersebut. Ia mengklaim sebagai Menteri Luar Negeri pertama yang berkunjung ke sekolah itu. Lebih lanjut, Menlu juga mengaku memiliki keterikatan yang mendalam dan istimewa dengan Belanda, baik di masa lalu, masa kini, maupun masa mendatang.
“Betapa pentingnya peran pendidikan bagi keberhasilan suatu negara. Pesan terakhirnya kepada para siswa adalah bahwa terdapat dua kunci keberhasilan, yaitu: belajar dan kerja keras,” Tutup Menlu Retno.
Editor: Amiruddin. MK