Home / Internasional / Peristiwa

Senin, 18 Agustus 2025 - 17:17 WIB

Minimnya koordinasi antar-lembaga, Ombudsman Minta Segera Tetapkan Rencana Aksi Nasional TPPO

Farid Ismullah

Anggota Ombudsman RI Johanes Widijantoro. (Foto : NOA.co.id/HO-ORI)

Anggota Ombudsman RI Johanes Widijantoro. (Foto : NOA.co.id/HO-ORI)

Jakarta – Ombudsman Republik Indonesia (ORI) meminta pemerintah untuk segera menetapkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) 2025-2029. Alasannya, situasi TPPO kian mengkhawatirkan, dengan jumlah korban terus meningkat.

“Temuan Ombudsman menunjukkan lemahnya pengawasan, minimnya koordinasi antar-lembaga, dan tidak optimalnya perlindungan terhadap korban,” kata Anggota Ombudsman RI, Johanes Widijantoro dalam keterangannya, Senin, 18 Agustus 2025.

Data kajian Ombudsman mencatat lonjakan signifikan kasus TPPO  pada awal tahun ini.  Periode Januari-Maret 2025, Polri menangani 609 kasus dengan 1.503 korban-angka yang sudah melampaui separuh jumlah korban sepanjang 2024, yakni 2.179 korban dari 843 kasus dengan 1.090 tersangka.

Baca Juga :  Pemerintah Tegaskan Komitmen Lindungi PMI Korban TPPO

“Tren ini membuktikan bahwa ketika kebijakan dan aksi lapangan terlambat, korban akan terus bertambah,” tegas Johanes.

Karenanya, Ombudsman meminta pemerintah segera menetapkan RAN TPPO 2025-2029 dengan target yang jelas, realistis, dan terukur, sebagai bukti bahwa perlindungan warga menjadi prioritas utama negara.

Baca Juga :  Penjelasan Kemlu RI Soal TKW Ditemukan di Peti Es dalam Kondisi Hidup di Vietnam

Selain itu, Polri selaku Ketua Gugus Tugas TPPO juga diminta menginisiasi penyusunan RAN secara terpadu, memperkuat koordinasi lintas-institusi, memastikan SOP penanganan korban dijalankan konsisten, serta menindak tegas pelaku tanpa pandang bulu.

Sedangkan terhadap kementerian dan lembaga terkait di tingkat pusat, diminta bergerak serentak mempercepat langkah pencegahan, penanganan, dan pemulihan korban, termasuk memastikan dukungan berkelanjutan bagi para korban.

Berdasarkan temuan Ombudsman, maladministrasi terjadi sejak tahap perencanaan, koordinasi, hingga pelaksanaan. Koordinasi antar-institusi dinilai lemah, tidak ada mekanisme terpadu untuk pencegahan, perlindungan, dan pendampingan korban, sementara SOP kerap diabaikan.

Baca Juga :  Kemlu RI Berhasil Memulangkan 21 WNI Korban TPPO dari Myanmar

Akibatnya, pendampingan terhadap korban, baik secara prosedural maupun psikologis berlangsung minim.

“Setiap korban TPPO adalah bukti nyata kegagalan sistem yang seharusnya melindungi warganya. Lambannya penetapan RAN TPPO 2025 mengirim sinyal bahwa pencegahan belum menjadi prioritas. Ombudsman menuntut langkah nyata dan terukur, bukan sekadar retorika,” tukasnya.

Editor: Amiruddin. MK

Share :

Baca Juga

Hukrim

Polisi Sebut Diplomat Arya Meninggal Karna Bunuh Diri, Ini Kata DPR

Hukrim

Gakkum KLHK Tindak WNA Korea Selatan Pelaku Tambang Ilegal dalam kawasan Hutan Lindung

Peristiwa

SPS Aceh Tolak Revisi UU Penyiaran yang Mengancam Kebebasan Pers

Internasional

Kemlu RI Proses Evakuasi 159 WNI dari Lebanon

Aceh Barat

Serikat Pekerja PT MPG Nilai Disnaker Nagan Raya Terburu-buru Sahkan Peraturan Perusahaan

Internasional

Yulianto Putra Aceh Singkil harumkan Nama Indonesia

Internasional

WNI Meninggal di Penjara Malaysia usai duel dengan Polisi

Internasional

Presiden Joko Widodo Ajak Negara Global South Perkuat Solidaritas Hadapi Tantangan Global