Home / Opini

Kamis, 29 Mei 2025 - 14:40 WIB

Banyak Orang Aceh Berprestasi, Namun Kesempatan Digilas Elit Politik Kotor

Redaksi

By: HT. Anwar Ibrahim, Pemimpin Redaksi (Pemred) media NOA.co.id.

By: HT. Anwar Ibrahim, Pemimpin Redaksi (Pemred) media NOA.co.id.

Banda Aceh – Di Aceh, banyak sekali orang yang berprestasi. Hanya saja, reputasi dan harga diri mereka tertutup oleh pejabat dan elit politik kotor yang hobi mencuri uang rakyat atau korupsi.

Mereka yang korupsi, Aceh dan masyarakatnya dianggap remeh oleh orang luar karena Aceh masih jauh tertinggal dari provinsi lain di Indonesia dan rakyat Aceh masih bertahan dalam kemiskinan.

Entahlah..!! Padahal Aceh telah menerima dana otsus yang besar, tetapi mengapa tingkat kemiskinan di provinsi berjuluk Serambi Mekkah ini tetap tinggi.

Nah, ini menunjukkan bahwa dana otonomi khusus (otsus) belum sepenuhnya efektif di kelola dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh.

Baca Juga :  Perjalanan Menginspirasi dari Desa ke Puncak Kesuksesan Melalui Pendidikan Hingga Bercita-cita Jadi Profesor

Di Aceh terjadi krisis peluang untuk berekreasi, menggapai mimpi, dan akses terhadap pekerjaan. Walaupun ada pekerjaan, gajinya di bawah rata-rata, kecuali untuk para penguasa dan pengusaha besar.

Akibatnya, jamak generasi muda Aceh harus pergi ke luar negeri untuk mencari dan mengais rezeki ke negeri orang.

Elit politik Aceh seolah sengaja membuat masyarakat bertahan hidup dalam kemiskinan. Karena mereka tahu bahwa masyarakat miskin bisa dibahagiakan hanya dengan bantuan satu kardus mie instan.

Belum lagi kondisi jalan yang bagus hanya di daerah kota dan tempat wisata. Itu pun untuk mempertahankan reputasi pemerintahan mereka.

Baca Juga :  Eksistensi UU Kejaksaan Vs UU KPK, Memperkuat Kewenangan Kejaksaan Menangani Kasus Korupsi

Karena mereka tahu tempat-tempat tersebut sering dilalui orang luar. Maka ketika orang luar datang ke Aceh, mereka mengira jalan-jalan di Aceh semuanya bagus dan mulus.

Padahal mereka hanya melewati daerah kota atau wisata. Sementara itu, jalan-jalan di pelosok dan desa-desa bisa kita jadikan sebagai tempat latihan bunuh diri. Begitu rusaknya infrastruktur di sana.

Mereka, para pejabat, sudah kesulitan keluar dari budaya korupsi karena telah terlalu jauh terjerumus dalam lingkaran setan. Hingga menganggap uang rakyat sebagai makanan sehari-hari.

Baca Juga :  Istilah Tsunami Perlu Diusung Menjadi Smong

Hukum di Aceh jangan hanya diperketat untuk para pezina dan pelanggar syariat saja. Tolong diperberat juga untuk para koruptor. Karena mereka lebih hina dari pezina dan pelanggar halwat lainnya.

Kasihan para pahlawan Aceh dahulu yang telah berjuang mati-matian untuk mengangkat dan menjaga martabat Aceh di mata dunia.

Namun, elit politik sekarang justru menjatuhkan harga diri Aceh dengan kebiasaan korupsi dan kezaliman mereka.

Seandainya saja para pejuang Aceh masih hidup sampai sekarang, saya yakin mereka akan menumpas para pengkhianat yang mengaku diri paling baik dan bersih itu sampai ke akar-akarnya.

Editor: Amiruddin. MK

Share :

Baca Juga

Internasional

Indonesia dan Pengungsi Rohingya

Opini

Bila Mengajar Tak Lagi Menggembirakan

Opini

Istilah Tsunami Perlu Diusung Menjadi Smong

Opini

Ketika Kapal Boat Bergoyang

Internasional

Repatriasi menjadi faktor kunci untuk menyelesaikan krisis Rohingya

Opini

Rekomendasi Demi Mewujudkan Mimpi Teluk Surin-Barsela

Opini

Potensi Agrowisata Desa Watu Toa

Opini

Money Politik dalam Perspektif Islam: Praktik Terlarang yang Merusak Moral dan Keadilan