Penulis : Kas Pani
“Mengajar adalah ibadah. Guru yang baik tak hanya memberi ilmu, tapi juga meninggalkan kesan dalam hati murid-muridnya.”
———————-
Guru sebuah sebutan sederhana, tapi punya makna yang dalam. Banyak orang bercita-cita menjadi guru, tapi tak semua pernah bertanya,”Pantaskah aku menyandang gelar ini?”
Menjadi guru bukan sekadar soal mengajar di depan kelas atau mentransfer ilmu. Guru adalah teladan, pendidik karakter, dan bahkan seringkali menjadi “orang tua kedua” bagi murid-muridnya. Lalu, apa yang membuat seseorang pantas disebut guru?
Guru Bukan Hanya Mengajar, Tapi Juga Mendidik.
Mengajar itu mudah memberi materi, menjelaskan, lalu memberi nilai. Tapi mendidik? Itu butuh kesabaran, ketulusan, dan komitmen. Seorang guru sejati tak hanya peduli pada nilai akademik, tapi juga pada perkembangan sikap dan kepribadian muridnya.
Guru Adalah Pembelajar Seumur Hidup
Jika kamu berhenti belajar, pantaskah disebut guru? Guru yang baik tak pernah berpuas diri dengan ilmu yang dimiliki. Ia terus memperbarui pengetahuannya, menyesuaikan metode mengajar, dan bahkan tak malu belajar dari muridnya.
Guru Harus Siap Jadi Contoh
Murid tak hanya mendengar kata-kata guru, tapi juga mengamati perilakunya. Jika guru mengajarkan kejujuran tapi nyontek saat ujian, apa jadinya? Sebelum menuntut murid berperilaku baik, guru harus lebih dulu menjadi teladan.
Guru Bukan Pekerjaan, Tapi Panggilan Jiwa
Gaji guru mungkin tak sebesar profesi lain, tapi gaji bukan alasan utama seorang guru bertahan. Ada kepuasan batin saat melihat muridnya tumbuh, memahami pelajaran, atau sekadar mengucapkan, “Terima kasih, Pak/Bu Guru.”
Jika motivasinya hanya materi, mungkin gelar “guru” belum pantas disandang.
“Lalu, Pantaskah Aku jadi guru?“
Jika kamu masih ragu, tanyakan lagi pada dirimu, Apakah aku mengajar dengan hati atau sekadar rutinitas?
Apakah aku peduli pada masa depan muridku, atau hanya menyelesaikan kurikulum? Sudahkah aku menjadi sosok yang bisa diteladani?